Menembus Batas & Hambatan
Aku Ingin Ilmu
Perjuanganku
untuk menuntut ilmu ke jenjang perguruan tinggi akhirnya tercapai, walaupun aku
tidak mampu mencapai target untuk masuuk ke PTN favorit. Aku telah diterima
tanpa tes di Universitas Widyatama Bandung, namun perjalanan yang harus kutempuh
disini tidaklah mudah, mengingat bahwa aku adalah seorang yang TULI (tunarungu). Aku harus berjuang untuk menuntut ilmu tanpa menggunakan
pendengaran. Apalagi jurusan yang kupilih adalah Teknik Informatika, jurusan
yang terkenal sulitnya karena harus
mempelajari ilmu matematika seperti kalkulus, logika
matematika, serta algoritma & pemrograman.
Awalnya
aku ingin mengambil jurusan PLB di UPI karena cita-cataku adalah menjadi
seorang guru/pengajar bagi anak-anak tuli, tapi setelah test SBMPTN dan gagal masuk UPI aku dihadapkan pada pilihan masuk
Uninus tetap jurusan PLB atrau masuk Universitas Widyatama dengan jurusan
Teknik Informatika yang tiada lain adalah pilihan nomor duaku alias rencana B. Akhirnya aku memilih mendaftar ke Umiversitas
Widyatama dan langsung diterima. Meskipun rasa takut akan kesulitan yang akan
aku hadapi nantinya, aku berusaha untuk kuat dan yakin. Aku pun sudah menemukan visi dan misi untuk mengambil
jurusan Teknik Informatika ini dan bertekad
untuk bisa mewujudkannya.
Hari-hari
pertama masuk kuliah, aku hampir saja putus asa. Para dosen berbicara
menyampaikan kuliah sedangkan aku duduk sekitar 100 menit sampai 2 jam untuk
mendengarkan apa yang tidak bisa aku dengar. Aku berpikir jika terus begini,
aku tidak akan paham, aku tidak akan mampu menjawab soal-soal ujian, aku
benar-benar merasa putus asa, menyesal tidak mendaftar ke Universitas Brawijaya
yang telah menjadi universitas yang terbuka dan inklusi, disana aku bisa lebih
memahami karena disediakan penerjemah bahasa isyarat. Sayangnya kakakku tidak
setuju aku pergi jauh meninggalkan ibuku dan kota kelahiranku, dia hanya setuju
kalau aku kuliah di Bandung. 😢
Aku
berusaha tegar, kucoba untuk mengatasinya. Pertama aku mengirim surat melalui
email tentang permintaanku untuk disediakan penerjemah dari bahasa audio
(suara) ke bahasa visual (bahasa isyarat), tapi sayang sekali suratku tidak ada
respon. 😕 Aku coba hal lain, merekam suara dosen dan
mengirimnya kepada temanku di Bekasi yang memiliki teman penerjemah, tapi sulit
mengirim catratan suara apalagi kalau tiap hari. 😑
Kakakku
membelikan baterai ABD (Alat Bantu Dengar) agar aku bisa menggunakan ABD yang
telah lama aku simpan. Ternyata ABDnya rusak, tetehku menyuruhku untuk
memperbaikinya kepada Pak Darto tukang servis dan jual ABD, saat Pak Darto
datang ke kostku aku mencoba ABD lain. Kata pak Darto, ABDku sudah jelek
suaranya pun tidak bagus, aku diperbolehkan mencoba ABD lain, yaitu ABD digital keluaran terbaru dan lebih
canggih. Dengan ABD digital tersebut aku lumayan bisa medengar sedikit-dikit
dan kutanyakan kepada kakakku, apakah boleh membelinya? Kakakku setuju karena
penting untuk memudahkan perkuliahanku, akhirnya aku mulai sedikit merasa
nyaman meskipun pendengaranku tidak sempurna seperti orang normal (orang
dengar).😅
Meskipun
aku sudah memakai ABD, aku tetap tidak bisa memahami pelajaran melalui
pendengaranku. Aku harus memeras otakku membaca buku, internet, dan materi
tertulis kiriman dari dosen. Pelajaran tersulitku adalah kalkulus, terlalu
aneh, banyak hal-hal yang tidak kumengerti dari mana angka-angka berasal, kenapa
bisa berubah begini dan begitu, tak ada yang membantuku memberi penjelasan, aku
harus berusaha sendiri untuk memahaminya dan aku benar-benar kewalahan.😬 Selain
kalkulus juga logika matematika, sebenarnya bukan karena benar-benar sulit,
tapi tidak jelas cara-caranya, aku tidak bisa mendengar dengan jelas suara dosen.
Buktinya setelah salah satu temanku mau memberi penjelasan tentang SOP dan POS
ternyata aku bisa ngerti. Pelajaran lainnya yang sulit, tapi aku menyukainya
adalah Alpro alias Algoritma dan Pemrograman. 😁 Selain karena
ibu dosennya yang cantik dan baik, serta selalu menulis materi-materi yang bisa
kubaca di blog, dan juga ada akang-akang asisten dosen yang memabntuku di
kelas. Selain itu, juga karena inilah kunci untuk mewujudkan visi dan misiku.
Aku menyukai pemrograman dan dengan ini segala apa yang ingin aku buat bisa
terwujud. Meskipun ada beberapa kesulitan, tapi itu adalah hal biasa. Tak ada proses
belajar tanpa menghadapi kesulitan.
Visi
dan misiku adalah menguasai keterampilanpemrograman untuk membuat aplikasi, nantinya
aku akan membuat aplikasi-aplikasi dibidang pendidikan, aku ingin membantu
anak-anak tuli agar lebih mudah dalam proses belajar memahami ilmu dan mendapatkan
informasi yang sangat penting untuk proses pembangunan jati diri kaum tuli yang
selama ini terhambat karena akses pada informasi bagi kaum tuli sangat minim
dibanding kaum dengar. Satu hal yang jelas, kaum tuli bukanlah orang bodoh,
sebenarnya mereka memiliki otak yang sama seperti yang dimiliki orang dengar,
satu hal yang menjadi masalah adalah hambatan dalam komunikasi dan akses
informasi. Jika saja kita atasi hambatan akses ini, niscaya kaum tuli akan
memiliki peluang besar untuk membuktikan kemampuan diri mereka.
Saat
ini aku mulai menikmati perkuliahanku di Universitas Widyatama, semoga
kedepannya akan lebih lancar. Kita semua menuju arah yang sama, meskipun mungkin
tempatnya akan berbeda. Apapun yang terjadi jalanilah hidup di dunia ini sambil
bersyukur kepada-Nya. 😆
Cikutra,
7 Oktober 2015
Ditulis oleh : Dadi Al-Islamabad
Komentar
Posting Komentar