Kesan & Pesan Selama OSPEK

Saturday, Augustus 29 2015

Kesan pertama,
Pertama kali aku hendak kuliah, terbayang rasa takut akan kesulitan, tidak ada yang mau bantu, sampai diskriminasi, aku khawatir perkuliahanku akan sia-sia. Ternyata hari pertama ospek di universitas widyatama begitu berbeda dari pikiranku, para panitia memperlakukanku dengan begitu istimewa karena ketunarunguanku.

Seperti biasa, saat-saat pertama memasuki dunia baru, aku selalu sulit beradaptasi, butuh beberapa waktu bagiku untuk terbiasa. Hari ketiga sepertinya aku mulai mampu beradaptasi, selain bisa mendapatkan informasi melalui grup chat LINE, aku juga mulai bisa ngobrol dan kenalan sedikit-dikit dengan orang normal.
Sekarang saya sangat senang memiliki teman-teman yang baik di universitas widyatama dari kelompok 8 maupun diluar kelompok 8.

Pesan:
Walaupun aku mendapat perlakuan istimewa di universitas widyatama, tapi sebenarnya bukan itu yang saya harapkan. Saya datang ke universitas ini untuk menuntut ilmu, ilmu adalah karunia yang kita semua wajib berysaha untuk memoerolehnya. Jadi, apa yang saya harapkan adalah akses untuk memperoleh ilmu dan pendidikan.  Saya pun bukan satu-satunya penyandang disabilitas tunarungu, dan mungkin bukan yang terakhir. Pasti ada tunarungu lain di masa depan yang berminat menuntut ilmu di universitas ini.

Jadi semoga saja ada akses pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan. Rasanya tidak mungkin jika kita menyuruh seorang tuna netra membaca tanpa huruf braille atau menyuruh tuna daksa untuk berlari tanpa kaki palsu atau kursi roda. Kita hidup di satu dunia, namun tidak semua orang itu sama, banyak diantara yang menjadi penyandang disabilitas. Dan semuanya sama sebagai manusia, memiliki hak untuk memperoleh pendidikan.

Jadi saya berpesan semoga saja muncul orang-orang yang memiliki rasa peduli dan tertarik untuk berorganisasi dan berusaha membantu kaum disabilitas untuk mengakses pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing disabilitas. Salah satu contohnya adalah Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) seperti yang telah tersedia dibeberapa universitas di Indonesia. Atau memasukan bahasa isyarat dalam ajaran di fakultas bahasa seperti kelas bahasa isyarat yang juga telah terdapat di UI. Hasilnya bisa mendapatkan interpreter-interpreter yang akan dibutuhkan oleh banyak instalasi seperti perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan disabilitas tunarungu atau universita-universitas yang menerima penyandang disabilitas tunarungu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuli (Deaf)

The Little Hijabi Home Schooling

Pengertian Difabel dan Disabilitas