Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

The Little Hijabi Home Schooling

Liputan6.com, Bekasi -  Meski tanpa suara, keceriaan jelas terpancar dari semua anak-anak tuna rungu yang ada. Mereka sedang menyimak cerita yang disampaikan secara teaterikal oleh guru The Little Hijabi Homeschooling, sekolah yang didirikan oleh Galuh Sukmara di Mustika Jaya, Bekasi, Jawa Barat. The Little Hijabi berbentuk  homeschooling  karena belum diakuinya kredibilitas guru  tuna rungu  mendirikan sekolah untuk anak-anak tuli, sehingga pendidikan nonformal menjadi pilihannya. Padahal, sekolah yang berdiri tahun 2013 ini adalah sekolah sign bilingual pertama di Indonesia dengan guru-guru tuna rungu sebagai role model yang tepat untuk membangun komunikasi yang efektif dan bermakna. "Banyak Sekolah Luar Biasa (SLB) menerapkan sistem oral yang kuat bagi anak didiknya, namun faktanya setelah lulus dari SLB, sekitar 95% mereka justru memiliki kemampuan baca tulis yang rendah dan kesulitan membangun komuni...

Menembus Batas & Hambatan

Gambar
Aku Ingin Ilmu Perjuanganku untuk menuntut ilmu ke jenjang perguruan tinggi akhirnya tercapai, walaupun aku tidak mampu mencapai target untuk masuuk ke PTN favorit. Aku telah diterima tanpa tes di Universitas Widyatama Bandung, namun perjalanan yang harus kutempuh disini tidaklah mudah , mengingat bahwa aku adalah seorang yang TULI (tunarungu) . Aku harus berjuang untuk menuntut ilmu tanpa menggunakan pendengaran. Apalagi jurusan yang kupilih adalah Teknik Informatika, jurusan yang terkenal sulit nya karena harus mempelajari ilmu matematika seperti kalkulus, logika matematika, serta algoritma & pemrograman. Awalnya aku ingin mengambil jurusan PLB di UPI karena cita-cataku adalah menjadi seorang guru/ pengajar bagi anak-anak tuli, tapi setelah test SBMPTN dan gagal masuk UPI aku dihadapkan pada pilihan masuk Uninus tetap jurusan PLB atrau masuk Universitas Widyatama dengan jurusan Teknik Informatika yang tiada lain adalah pilihan nomor dua ku alias rencana B . Ak...

Butuh Perjuangan Untuk Pendidikan Inklusi

Gambar
Wednesday, Sep 30 2015 Narasumber : Nurul Afifah Pertama kali mendapat kabar tentang beasiswa yang saya peroleh dari sebuah Universitas yang terletak di kota Bandung, saya merasa senang sekali karena impian saya untuk menuntut ilmu lebih tinggi akhirnya terpenuhi tanpa harus terlalu membebani orang tua. Awalnya pikiran saya tentang Universitas ini adalah seperti kampus biasanya yang inklusif, saya pun merasa bersemangat sekali. Akan tetapi, seiring perjalanan waktu muncul hal-hal yang tidak saya sukai karena tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan dari dunia pendidikan. Harapan saya adalah berkuliah untuk mendapatkan ilmu agar nantinya akan saya pergunakan untuk menggapai cita-cita yang tinggi yaitu menguasai keterampilan DKV dan Desain Grafis. Pertama kali masuk kuliah, saya mengikuti ospek selama tiga hari dan ketika itu kami tidak diperbolehkan menggunakan bahasa isyarat. Dosen bilang kami harus pakai bahasa oral supaya nanti bisa mudah berkomunikasi di tempa...

Sistem Isyarat Bahasa Indonesia vs Bahasa Isyarat Indonesia

Ditulis oleh solider pada Kam, 03/05/2015 - 16:24 Saat orang dengar bertemu dengan orang dengar, mereka akan saling berbicara untuk berkomunikasi. Namu,n bagaimana dengan orang tuli saat ingin berkomunikas dengan sesama tuli? Mereka akan menggunakan bahasa ibu mereka, yakni bahasa isyarat. Dengan menggunakan bahasa isyarat, akan mempermudah mereka dalam berkomunikasi karena bahasa isyarat merupakan bahasa alami mereka. Bahasa isyarat di Indonesia ada dua, yaitu Sistem Isyarat  Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). SIBI diciptakan dengan beberapa alasan, di antaranya untuk merepresentasikan Bahasa Indonesia pada tangan, untuk mengajarkan Bahasa Indonesia secara yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dan karena mudah dipelajari oleh orang yang sudah bisa berbahasa Indonesia. SIBI dibuat oleh pemerintah tanpa melibatkan tuli dan dasar pembuatannya mengacu pada Bahasa Indoensia lisan. SIBI dibuat hanya dengan mengubah Bahasa Indonesia lisan m...

Kesan & Pesan Selama OSPEK

Saturday, Augustus 29 2015 Kesan pertama, Pertama kali aku hendak kuliah, terbayang rasa takut akan kesulitan, tidak ada yang mau bantu, sampai diskriminasi, aku khawatir perkuliahanku akan sia-sia. Ternyata hari pertama ospek di universitas widyatama begitu berbeda dari pikiranku, para panitia memperlakukanku dengan begitu istimewa karena ketunarunguanku. Seperti biasa, saat-saat pertama memasuki dunia baru, aku selalu sulit beradaptasi, butuh beberapa waktu bagiku untuk terbiasa. Hari ketiga sepertinya aku mulai mampu beradaptasi, selain bisa mendapatkan informasi melalui grup chat LINE, aku juga mulai bisa ngobrol dan kenalan sedikit-dikit dengan orang normal. Sekarang saya sangat senang memiliki teman-teman yang baik di universitas widyatama dari kelompok 8 maupun diluar kelompok 8. Pesan: Walaupun aku mendapat perlakuan istimewa di universitas widyatama, tapi sebenarnya bukan itu yang saya harapkan. Saya datang ke universitas ini untuk menuntut ilmu, ilmu adalah karunia y...