Surat Yang Tak Terbalas :'(

Thursday, Sep 1 2015

Assalamu'alaikum. wr.wb.

Dengan hormat.
Nama saya Al-Islamabad mahasiswa tunarungu jurusan teknik informatika universitas widyatama. Sebagai seorang tunarungu saya memiliki hambatan berupa ketidakmampuan untuk menangkap informasi melalui gelombang suara. Sebelumnya saya akan memberitahukan beberapa macam keadaan tunarungu yaitu, tunarungu asli (sejak lahir atau sejak masih bayi sebelum mampu memanfaatkan pendengaran untuk memperoleh ilmu) dan tunarungu khusus / special deaf (tunarungu yang pernah memanfaatkan pendengaran untuk memperoleh ilmu) Ciri-cirinya adalah sebagai berikut.

Tunarungu asli biasanya selain tidak bisa mendengar, kadang banyak yang bicaranya juga terganggu bahkan tidak bisa bicara, selain itu juga kemampuannya dalam baca tulis bahasa indonesia penguasaan kosa katanya sangat minim karena tidak pernah memanfaatkan pendengaran untuk memahami bahasa.

Dan special deaf atau tunarungu khusus kebanyakan lebih ringan dan hanya memilki satu hambatan yaitu, ketidakmampuan dalam mendengar saja, sedangkan kemampuan baca tulis bahasa indonesianya baik-baik saja seperti halnya orang normal. Sehingga memiliki kecerdasan yang lebih baik daripada tunarungu asli karena kemampuannya memahami bahasa tidak terganggu.

Saya sendiri alhamdulillah termasuk special deaf, saya memiliki kemampuan bicara dan baca tulis bahasa indonesia yang baik.

Ilmu adalah karunia yang kita semua diwajibkan untuk menuntutnya, tidak benar jika kaum tunarungu atau disabilitas lain tidak pantas belajar karena memiliki hambatan.

Sebagai manusia, Allah telah menciptakan kita dengan kelebihan berupa akal dan pikiran. Saat kita menemui hambatan atau permasalahan yang dihadapi, tidak seharusnya kita menyerah mundur. Bukankah kita memiliki akal dan pikiran? Maka yang terbaik adalah mencari celah-celah untuk melewati setiap hambatan itu.

Sebagai mahasiswa tunarungu yang kuliah di kampus umum bersama orang-orang yang memiliki kemampuan mendengar, saya merasa kesulitan ketika sang dosen sedang memberikan kuliah dengan suara. Saya hanya bisa memahami apa yang tertulis dan tidak bisa memahami apa yang diucapkan dengan suara. Sungguh sayang sekali saya duduk 2 jam melihat dosen menerangkan dengan ucapan, tapi tidak ada satu hal pun yang saya mengerti.

Lalu saya berpikir andai saja ada seorang yang menerjemahkan perkataan-perkataan sang dosen dengan bahasa asli kaum tunarungu, yaitu bahasa isyarat, pasti saya bisa memahami setiap pelajaran dengan baik serta ilmu yang saya peroleh  bisa setara dengan kaum yang memiliki pendengaran, bisa mengikuti pelajaran sebagaimana orang yang mendengar. Sehingga tidak ada lagi diskriminasi dan ketidakadilan dalam menuntut ilmu.

Dengan ini, saya sangat memohon agar disediakannya interpreter yang menerjemahkan ucapan-ucapan dosen, agar hak saya dalam menuntut ilmu terpenuhi dan setara dengan orang lain yang bisa mendengar.

Saya sadari memang saat ini belum tersedia interpreter di universitas widyatamaini, tapi setidaknya kita bisa memulai sebuah awal untuk menciptakan universitas widyatama yang inklusif disegani dan dihormati sebagai kampus yang peduli terhadap pendidikan setiap orang termasuk kaum disabilitas. Saya bukan satu-satunya penyandang disabilitas tunarungu yang kuliah disini, dan pastinya bukan yang terakhir. Pasti ada disabilitas-disabilitas lain di masa depan yang akan menuntut ilmu disini atau mungkin lebih banyak lagi. Jadi mari kita buka pintu gerbang ilmu melalui pendidikan kampus inklusi untuk semua kalangan masyarakat guna membantu mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia.

Saat ini di Jakarta telah terdapat lembaga khusus yang menyediakan interpreter, mungkin pihak universitas bisa mendatangkannya. Dan untuk kedepannya kita bisa berusaha agar universitas widyatama bisa menghasilkan interpreter sendiri. Dan saya sebagai tunarungu yang berjuang untuk keadilan dan pendidikan inklusif bagi disabilitas dengan senang hati bersedia membantu mengajarkan bahasa isyarat dengan segenap waktu dan kemampuan yang saya miliki.

Mudah-mudahan akan membawa nama baik bagi universitas widyatama sebagai kampus inklusif, peduli disabilitas, serta kampus yang menyediakan akses terhadap ilmu sesuai dengan kebutuhan masing-masing manusia.

Wassalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuli (Deaf)

The Little Hijabi Home Schooling

Pengertian Difabel dan Disabilitas