Jalan Jauh
Suatu pagi aku berdiri di pintu gerbang sekolahku, dengan nilai raport 1010 yang tertulis dikertas kugenggam erat ditanganku. Aku hendak pulang menuju rumah ibuku. Meskipun 1010 adalah nilai tertinggi dikelas bahkan sekolahku, diantara teman-teman tuna rungu. Namun, aku sadar itu takkan cukup untuk membuat ibuku bangga. Kecuali, jika suatu hari nanti aku bisa mandiri, mengangkat dan meringankan beban ibuku. Sebelum aku melangkahkan kaki meninggalkan pintu gerbang sekolahku, aku menghening. Terulang memori setengah tahun yang lalu, ketika pertamakali aku datang kemari dengan langkah malu-malu dengan sikap yang begitu pendiam dan keterampilan yang tertinggal jauh. “Saat Dunia berlalu bersama waktu, sedang’kan aku membeku dan kini yang tesisa, hanyalah puing-puing batu yang terukir diatasnya sebuah kisah yang telah lalu Sembilan tahun berlalu Kini kucoba bangkit kembali menembus langit biru menuju dunia baru” Beberapa bait dari puisiku, kuingat k...